Sabtu, 13 Desember 2025 WIB
Wisata Tsunami

Jejak Kelam Tsunami Dijadikan Destinasi Wisata Dunia

Admin - Jumat, 26 Desember 2014 09:13 WIB
Jejak Kelam Tsunami Dijadikan Destinasi Wisata Dunia
Dok.Matatelinga
Jejak tsunami 2004 Yang Jadi Wisata Dunia
BANDA ACEH (Matatelinga), Kubah Masjid Lamteungoh terdampar di Gampong Gurah, Kecamatan Peukan Banda, Aceh Besar, merupakan satu dari sekian banyak jejak amuk Tsunami yang kini dijadikan situs wisata dan pembelajaran mitigasi.

Umumnya situs ini diselamatkan warga yang sadar akan pentingnya mewariskan pengetahuan Tsunami kepada generasi mendatang. Setidaknya dengan melihat situs ini, mereka tahu bahwa laut pernah melumat Aceh dan pesisir 14 negara di Samudera Hindia 26 Desember 2004.

“Mereka bisa belajar lagi, selanjutnya meneruskan ke anak-anaknya tentang Tsunami. Jangan sampai seperti kita kemarin (saat tsunami), banyak yang nggak tahu menyelamatkan diri setelah gempa,” tutur Darmawan (43) warga Gurah.

Berdasarkan penelitian geologi Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) bersama Earth Observatory Singapore (EOS) terungkap, Aceh pernah empat kali diterjang tsunami sejak 1394 Masehi. Selanjutnya pada tahun 1450 dan 1907.

Namun peristiwa tsunami bak tenggelam dalam sejarah. Sehingga ketika peristiwa serupa terulang pada akhir 2004, banyak orang tak mengerti cara menyelamatkan diri. Akibatnya, lebih 200 ribu jiwa menjadi korban.

Begitu pula dengan masyarakat Punge Blang Cut yang juga berjasa atas melestarikan Kapal PLTD Apung 1. Saksi bisu dahsyatnya Tsunami ini telah menjadi Taman Edukasi sekaligus objek wisata paling banyak dikunjungi wisatawan asing di Banda Aceh.

Kapal milik PT. PLN (persero) berbobot 2.600 ton ini terdampar ke pemukiman warga, akibat dibawa arus tsunami sejauh tiga kilometer. Mulanya pembangkit listrik ini bersandar di perairan Ulee Lheue.

Kapal ini memberi berkah bagi masyarakat sekitar. Mereka leluasa mengais rezeki mulai dari menangani parkir hingga berjualan bermacam pernak-pernik aksesoris kepada pengunjung. Beberapa diantaranya direkrut menjadi staf situs.

Tak jauh dari PLTD Apung, ada juga dua Kapal Patroli Lepas Pantai (KPLP) terdampar di area perumahan warga Punge Blang Cut. Namun kedua kapal ini belum digarap sebagai objek wisata karena tanahnya masih bersengketa.

Tahun lalu sempat mencuat kabar kapal ini hendak dihancurkan, akibat berlarutnya proses pembebasan tanah. Tapi ditentang keras masyarakat setempat, karena menghilangkan sejarah yang seharusnya diwariskan kepada anak cucu.

Di Ulee Lheue, dari sekian banyak bekas tsunami, Masjid Baiturrahim menjadi salah satu saksi bisu. Hanya terpaut puluhan meter dari pantai, masjid ini kokoh berdiri saat Tsunami melenyapkan ribuan bangunan di sekelilingnya.

Pada masa tanggap darurat, banyak pejabat penting dari berbagai negara berkunjung ke sini. Sekarang masjid yang dibangun pada masa Kesultanan Aceh, menjadi objek wisata Tsunami dan religi favorit di Banda Aceh, setelah Masjid Raya Baiturrahman yang juga sempat dijilat Tsunami.

Kisah serupa Baiturrahim juga dialami Masjid Rahmatullah, Lampuuk, Kecamatan Lhok Nga, Aceh Besar. Masjid ini satu-satunya bangunan yang tersisa di Lampuuk ketika Tsunami, dan kini menjadi situs wisata yang silih berganti didatangi turis.

Beranjak ke Lampulo, Banda Aceh. Sebuah kapal nelayan (boat) bertengger di atas rumah seorang warga. Akal sehat tentu sulit membayangkan bagaimana boat berbobot 20 ton ini bisa nangkring di atas rumah berlantai dua milik Abasiah. Tapi Tsunami menjawab telah menjawabnya.

Kapal ini dihempas Tsunami sejauh 1 Km dari Kreung (sungai) Aceh hingga ke atas rumah. 59 orang selamat usai naik dalam boat ini, sementara 900 orang warga Lampulo lainnya tertelan tsunami.

Sebelum pemerintah kota meresmikannya sebagai situs wisata tahun 2010, warga Lampulo telah merawat dengan baik komplek ini. Abasiah sendiri merelakan rumah pribadinya menjadi ‘lahan parkir’ boat agar keberadaannya tak diganggu.

Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh, Teuku Samsuar, situs-situs bekas Tsunami merupakan keunikan lain dari pariwisata Aceh yang tidak dimiliki negara lain. “Ini potensi besar untuk menjadikan Aceh sebagai destinasi wisata Tsunami dunia,” katanya.

Kunjungan wisatawan ke Aceh terus mengalami peningkatan setelah Tsunami. Tahun lalu Disbudpar Aceh mencatat turis mancanegara yang bertandang ke Aceh mencapai 42.552 orang.


(Fit)
SHARE:
 
Tags
 
Komentar
 
Berita Terbaru