Soal sentimen dari dalam negeri, Alwi menyebut, meski data-data ekonomi masih terlihat suram, seperti consumer confidence bulan Januari 2021 yang turun 84,9 dari 96,5, di bawah proyeksi yang 95. Kemudian retail sales, yang terkontraksi lebih dalam di Desember 2020 menjadi -19,2 dari sebelumnya -16,3%, jauh di bawah forecast -5,5%.
Namun, menurut Alwi, kurang baiknya data-data tersebut mampu diimbangi oleh meningkatnya sentimen risk-on di tengah harapan stimulus dan peluncuran vaksin.
Pekan depan, Alwi memperkirakan, harapan stimulus dan perkembangan mengenai peluncuran vaksin masih akan mendukung rupiah. Selain itu, akan ada data-data dari dalam negeri yang akan dirilis.
“Mulai dari data neraca perdagangan Indonesia yang diperkirakan surplus US$ 2,3 miliar di Januari 2021, melanjutkan surplus bulan Desember 2020 yang sebesar US$ 2,1 miliar. Kemudian juga ada Rapat Dewan Gubernur BI yang diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga di 3,75%,” imbuh Alwi.
Alwi memproyeksikan, sepekan ke depan rupiah akan diperdagangkan pada rentang Rp 13.850 - Rp 14.050 per dolar AS.
Situs ini menggunakan cookies. Untuk meningkatkan pengalaman Anda saat mengunjungi situs ini mohon Anda setujui penggunaan cookies pada situs ini.