Lima tahun sekali pergantian Kepala Daerah Kabupaen/Kota maupun Provinsi akan dihelat untuk memilih pemimpin di daerah tersebut. Tahun ini, akan digelar Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak dan sangat menarik perhatian masyarakat. Jauh-jauh hari sebelumnya, beberapa figur yang 'berharap' mendapatkan dukungan dan 'pinangan'dari partai politik sudah bermunculan dan memasang spanduk serta balihonya dimana-mana.
Oleh Amrizal SH.,MH
Khusus untuk Pilkada Gubernur Sumatera Utara, ada dua pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang muncul dan diusung partai politik. Dua calon Gubernur tersebut adalah Edy Rahmayadi (mantan Gubsu) dan Bobby Nasution (Walikota Medan) telah mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum di Jalan Perintis Kemerdekaan dengan didukung masing masing partai politik.
Sekadar melihat rekam jejak masing-masing calon yang maju, Edy Rahmayadi sudah pernah memimpin Sumatera Utara menjadi Gubernur Sumut dan kini mendaftar kembali dengan mencalonkan diri menjadi calon Gubernur Sumatera Utara.
Lawan politiknya di Pilkada Serentak November nanti adalah menantu Presiden RI yang kini masih menjabat sebagai Walikota Medan.
Saat menjabat sebagai Gubernur Sumut, apa yang telah diperbuat Edy Rahmayadi bagi warga Sumatera Utara, maksudnya yang berkesan dimasa mengakhiri jabatan sebagai Gubernur saat itu. Mari kita berikan kesempatan kepada masyarakat untuk menilainya.
Dalam perolehan simpati dan dulangan suara nantinya, apakah Edy Rahmayadi mampu mengimbangi menantu Presiden ini untuk menjadi orang nomor satu di Sumatera Uatra. Soalnya kita semua sama-sama mengetahui, untuk menuju Medan-1 saja menantu Presiden ini bisa berjalan sangat mulus, tanpa ada rintingan. Apa sebabnya ?
Jawaban atas pertanyaan ini kembali kita lempar kepada masyarakat untuk menjawabnya dalam hati masing-masing. Kali ini, Bobby Nasution maju lagi dan siap bertarung dengan Edy Rahmayadi menuju Sumut-1.
Kalau melihat rekam jejak Walikota Medan ini, sudah banyak juga kerjanya membenahi Kota Medan, membangun lampu pocong,meskipun akhirnya dibongkar kembali dan dinyatakan total loss.
Membongkar dan membangun (revitalisasi) saluran air disetiap Kecamatan di Kota Medan, meskipun belakangan ini setiap kali hujan lebat mengguyur kota Medan masih saja ada kawasan yang dilanda banjir. Bahkan, ada yang banjirnya sampai ke pinggang. Salah siapaini hingga terjadi banjir seperti itu?
Kebijakan yang dikeluarkan Pemko Medan di saat kepemimpinan Bobby Nasiton adalah mewajibkan masyarakat menggunakan stiker parkir dengan biaya Rp130 per tahun. Sebelumnya, Pemko Medan memberlakukan pembayaran parkir dengan sistem e-parking di beberapa ruas jalan utama kota Medan. Program ini tak berjalan mulus karena belum semua masyarakat memiliki aplikasi atau kartu khusus yang bisa digunakan untuk membayar parkir elektronik.
Perdebatan dan ketidakrelaan masyarakat dengan pemberlakuan stiker parkir sempat membuat gaduh. Karena, masyarakat yang tidak megikuti aturan tersebut, tidak diperbolehkan parkir bila sedang berbelanja atau aktivias lainnya di beberapa ruas jalan di Kota Madan.
Pasalnya, orang yang memakirkan kenderaannya di beberapa ruas jalan di Kota Medan bukan seluruhnya warga masyarakat Kota Medan, ada juga masyarakat dari luar kota Medan yang datang ke pusat kota untuk berbelanja atau sekadar membeli kebutuhan sehari-hari. Seharusnya, kebijakan memberlakukan parkir berlangganan ini disertai dengan alternatif pilihan, tetap membayar parkir dengan sistem e-parkir. Toh, uang yang dibayarkan langsung masuk ke rekening Pemko Medan.
Pemko Medan juga sebaiknya mempersiapkan sumber daya manusianya, karena banyak juga petugas parkir yang tidak mengerti dengan stiker parkir, e-parking dan segala sesuatu yang berbau elektronik. Kebanyakan hanya mengetahui, orang parkir atau berhenti tagih uang parkir. Kriteria parkir dan berhenti atau sekadar beli sesuatu dengan sistem drive-thrue juga perlu disosialisasikan kepada petugas parkir.
Pembangunan demi pembangunan yang dilakukan Bobby Nasution selama menjabat Walikota Medan terus berjalan, meskipun jabatannya sebagai Walikota Medan akan segera berakhir. Pembangunan yang tidak sempat tuntas akan dilanjutkan oleh penjabat Walikota Medan nantinya. Semoga tidak ada masalah dengan program yang sudah dijalankan.
Pandangan penulis terkait dengan mencalonkan diri sebagai calon Gubernur Sumatera Utara, ada pertanyaan yang muncul apa sebenarnya tujuan Bobby maju menjadi calon gubernur, apakah kepingin jabatan atau memang punya tujuan tulus ingin membangun Sumatera Utara lebih baik lagi ke depan.
Sudah pasti, Edy Rahmayadi yang sudah pernah menjabat Gubernur Sumatera Utara juga memiliki tujuan tersendiri saat memutuskan untuk maju kembali mencalonkan diri sebagai calon Gubernur Sumatera Utara. Kita tunggu apa visi misi dari kedua pasangan calon Gubernur ini.
Urusan memilih siapa yang layak dan pantas untuk memegang estafet kepemimpinan Gubernur Sumut ke depan, jawabannya kembali kita lempar kepada masyarakat Sumatera Utara. Yang pasti, masyarakat Sumut akan menggunakan hati nuraninya ketika akan menentukan pilihannya. Pilih Edy atau Bobby, pasti masyarakat sudah menentukan pilihannya. Real-nya nanti akan ditentukan di bilik suara. Semoga Sumut ke depan bisa menjadi lebih baik.