MEDAN : Siapa yang bisa menduga kalau beberapa hari lalu Kalimantan Selatan dilanda banjir bandang, ratusan juta rumah rusak dan ribuan warga terpaksa mengungsi, belum tuntas banjir di Kalimantan Selatan, gempa dahsyat mengguncang Sulawesi Barat. Ratusan rumah hancur dan beberapa gedung perkantoran juga rusak. Ada puluhan korban jiwa dalam kejadian ini. Bencana longsor juga memakan korban jiwa di Sumedang, aktivitas Gunung Merapi semakin aktif dan menyemburkan lava panas.
Secara beruntun bencana melanda negeri ini, banjir juga melanda Halmahera, ombak besar di Manado sampai salah satu gedung perbelanjaan disana terkena dampak ombak besar. Tak bisa kita lewatkan begitu saja, pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang mengalami kecelakaan dan menelan puluhan korban jiwa di perairan Pulau Seribu. Sampai hari ini pencarian dan identifikasi terhadap korban masih terus dilakukan.
Menyikapi rentetan bencana yang melanda negeri ini perlu menjadi perhatian kita semua. Mari kita merenung terutama di masa pandemi Covid-19 yang sampai hari ini masih jadi wabah yang tak kunjung selesai di Indonesia. Proses vaksinasi untuk menekan angka penyebaran virus ini pun sudah dilakukan. Persoalan yang akhirnya membuat kita geleng-geleng kepala adalah makin tingginya angka korban terjangkit virus ini di berbagai daerah di Indonesia.
Berdasarkan hasil analisa dan rangkuman dari berbagai sumber mengisyaratkan bahwa masyarakat kita masih kurang disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan. Ada anggapan dari sebagian besar masyarakat kita kalau sudah divaksin berarti sudah kebal dan tak perlu lagi patuh dengan protokol kesehatan.
Anggapan yang keliru ini perlu diluruskan, bahwa vaksinasi adalah upaya kita untuk menekan penyebaran virus ini. Akan tetapi, yang namanya protokol kesehatan harus dijalankan agar kita bisa menjadi contoh perubahan perilaku dalam melawan virus Corona ini. Jangan jadi anggap remeh dengan pola hidup yang benar dan lupa untuk selalu menjalankan 3 M (memakai masker, rajin mencuci tangan pakai sabun dan menjaga jarak).
Ketika kita merenungkan rentetan bencana yang melanda negeri ini, ada satu kegundahan di dalam hati kita masing-masing. Kita jadi ingat dengan lagu Ebiet G Ade "Berita Kepada Kawan" dengan cukilan liriknya :
Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika ia kutanya mengapa
Bapak ibunya tlah lama mati
Ditelan bencana tanah ini
Sesampainya di lautkukabarkan semuanyaK
epada karang kepada ombak kepada matahari
Tetapi semua diam tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri terpaku menatap langit
Barangkali di sana ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang
Dari cukilan lirik lagu ini kita perlu merenungkan diri dan bercermin. Coba pandangi wajah kita sendiri dan katakan kepada bayangan diri kita sendiri di cermin "Apakah saya terlalu egois, terlalu tamak atau terlalu alpa dalam mendekatkan diri dengan Sang Pencipta". Mari sama-sama kita berdoa agar negeri ini dijauhkan dari berbagai bencana.
-
Ekonomi
-
Bola
-
Aceh
-
Nasional
-
Nasional
-
Berita Sumut
Situs ini menggunakan cookies. Untuk meningkatkan pengalaman Anda saat mengunjungi situs ini mohon Anda setujui penggunaan cookies pada situs ini.