Nah, untuk penyematan sebagai Kota Terkotor Medan bersama Bandarlampung, Manado, Sorong dan Kupang. Bagi sebagian orang penyematan Kota Terjorok agak mengagetkan memang karena kota ini punya segala potensi untuk menjadi kota besar yang tidak kalah dengan kota maju di dunia. "Gelar" dari KLKH ternyata bukan tanpa alasan, pengelolaan sampah yang terbilang tidak maksimal menjadi alasan utama dan menggambarkan kota ini menjadi kota terkotor.
Tidak kurang dari 2.100 ton sampah dihasilkan setiap hari dan rata-rata per bulan mencapai 63.000 ton sampah yang menjadi akar permasalahan. Masalah sampah ini makin lengkap ketika saluran drainase di beberapa titik tidak bekerja dengan baik, alhasil ketika hujan tiba, sampah menumpuk maka banjir yang datang menyapa masyarakat Kota Medan.
BACA JUGA:
Dari tahun ke tahun soal sampah seperti soal yang pelik untuk diselesaikan. Kepatuhan masyarakat untuk membuat sampah sesuai tempatnya nampaknya masih terus perlu diedukasi, tak boleh berhenti. Tetapi, masalah utama lain justru datang dari Pemkot Kota Medan yang belum menemukan formula yang pas untuk mengatasi masalah pengadaan truk pengangkut sampah dari rumah ke rumah sampai pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Gelar rutin beberapa tahun belakangan dari KLKH untuk Kota Medan sebagai kota terkotor, harus diakui memang masalah sampah ini tidak dapat diselesaikan hanya satu atau dua hari saja tapi membutuhkan waktu agar dapat mengubah citra buruk kota ini.
Edukasi kepada masyarakat tentu sangat penting agar mereka mengerti dampak yang ditimbulkan jika membuang sampah tidak pada tempatnya karena, di beberapa titik, sampah menyumbat saluran air ketika hujan datang yang mengakibatkan banjir.
Situs ini menggunakan cookies. Untuk meningkatkan pengalaman Anda saat mengunjungi situs ini mohon Anda setujui penggunaan cookies pada situs ini.