"Kami tetap sangat positif terhadap emas, karena emas masih sangat kurang dimiliki di dunia Barat dan merupakan salah satu aset yang dapat melawan banyak ancaman fiskal yang saat ini ada," kata Ryan McIntyre, Senior portfolio manager di Sprott Asset Management.
“Selain pemotongan suku bunga, emas juga akan diuntungkan oleh terus melemahnya dolar AS, situasi fiskal yang genting di banyak negara Barat, serta keinginan global untuk aset yang dapat menyimpan nilai secara independen dari aset dan lembaga lainnya.”
BACA JUGA:DKI Jakarta Juara Umum Atletik PON XXI Aceh-SumutDolar yang lebih lemah membuat emas yang dihargai dalam dolar AS lebih menarik bagi pemegang mata uang lainnya.
Harga emas telah naik lebih dari 26% sepanjang 2024, dengan konflik berkepanjangan di Timur Tengah dan Eropa menambah ketidakpastian bagi investor global.
"Saat ini ada lingkungan 'buy-the-dip'," kata Kyle Rodda, analis pasar keuangan di Capital.com, "dan emas bisa naik menuju US$2.700 hingga US$2.800 dalam 12 bulan ke depan."
Namun, harga emas yang tinggi telah menekan permintaan ritel di Asia, yang sensitif terhadap harga.
Situs ini menggunakan cookies. Untuk meningkatkan pengalaman Anda saat mengunjungi situs ini mohon Anda setujui penggunaan cookies pada situs ini.