Ekonomi

Keperkasaan Dolar AS, Akhirnya Menyeret Harga Minyak Melemah

Administrator
Hand Over

MATATELINGA, Jakarta: Berdasarkan laporan bulanan Energy Information Administration, produksi minyak mentah AS turun pada bulan Desember.Meskipun ada pembicaraan tentang pengetatan fundamental, sisi permintaan pasar tidak menjamin tingkat harga minyak saat ini, kata beberapa analis.


Harga minyak mentah AS juga menghadapi tekanan dari permintaan kilang yang lebih lambat setelah beberapa fasilitas Gulf Coast ditutup selama badai musim dingin pekan lalu.

Kapasitas penyulingan sekitar 4 juta barel per hari (bpd) tetap ditutup dan dapat memakan waktu hingga 5 Maret untuk semua kapasitas dapat berfungsi secara normal, meskipun ada risiko penundaan, analis di J.P. Morgan mengatakan dalam sebuah catatan minggu ini.

Hedge fund dan pengelola uang lainnya menaikkan posisi net long berjangka dan opsi minyak mentah AS mereka dalam minggu terakhir hingga 23 Februari, kata Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC).

Harga minyak melemah pada hari Jumat usai penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Tekanan bagi harga minyak bertambah setelah adanya seruan pasokan minyak mentah naik sebagai respons terhadap kenaikan harga di atas level pra-pandemi.

Jumat (26/2/2021), harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman April 2021 ditutup melemah 3,2% menjadi US$ 61,50 per barel.

Setali tiga uang, harga minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman April, yang berakhir pada hari tersebut juga turun 1,1%, ke level US$ 66,13 per barel. Sementara untuk kontrak pengiriman Mei 2021 yang lebih aktif diperdagangkan, Brent turun US$ 1,69 ke posisi US$ 64,42 per barel.

Keperkasaan dolar AS yang akhirnya menyeret harga minyak datang usai yield US Treausry bertahan di dekat level tertinggi dalam satu tahun. Hal tersebut membuat minyak yang diperdagangkan dalam the greenback lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Walau tertekan di akhir pekan, namun harga kedua minyak mentah acuan tersebut berada di jalur penguatan mingguan dan bulanan. Tercatat, Brent naik 4,8% dan WTI menanjak 3,8% pada minggu ini. Secara bulanan, keduanya melesat sekitar 20% karena gangguan pasokan di AS dan optimisme atas pemulihan permintaan di belakang program vaksinasi Covid-19.

"Ini adalah waktu yang tidak pasti - sepertinya bukan waktu untuk memuat posisi aset berisiko," kata Bob Yawger, Director of Energy Futures Mizuho di New York. Dia pun menggarisbawahi terhadap potensi peningkatan output dari OPEC dan sekutunya dalam pertemuan minggu depan.

Di sisi lain, laporan stockpile AS di pekan ini menunjukkan peningkatan persediaan minyak yang mengejutkan.

Investor bertaruh bahwa pertemuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) minggu depan dan sekutunya, kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, akan menghasilkan lebih banyak pasokan yang kembali ke pasar.

Penulis
: Mtc
Editor
: Amrizal
Sumber
: ktn
Tag:harga minyak mentah duniaberita terkiniblibliIndexkeperkasan DolarmelemahperekonomianTerkiniTraveloka

Situs ini menggunakan cookies. Untuk meningkatkan pengalaman Anda saat mengunjungi situs ini mohon Anda setujui penggunaan cookies pada situs ini.