Matatelinga - Jakarta, Mengawali awal pekan setelah libur panjang, nilai tukar Rupiah terhadap
dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan semakin melemah. Hal ini
dikarenakan pelaku pasar mulai merespons rencana tapering off.
"Laju Rupiah setelah libur imlek, kembali amsyong seiring
respon pelaku pasar terhadap hasil pengumuman pertemuan Federal Open
Market Committee (FOMC) yang kembali melakukan pengurangan pembelian
obligasi menjadi USD65 miliar dari sebelumnya USD75 miliar," ucap Kepala
Riset Trust Securities, Reza Priyambada, Jakarta, Senin (3/2/2014).
Reza menambahkan pelemahan Rupiah turut dipicu imbas terdepresiasinya sejumlah mata uang emerging market termasuk Euro dan Poundsterling yang juga terlibas terapresiasinya dolar AS.
Selain
itu, Reza melihat langkah bank sentral Turki yang diikuti bank sentral
Afrika Selatan dengan menaikkan suku bunga acuannya, dinilai gagal dalam
meyakinkan para pelaku pasar terhadap kondisi moneternya.
"Sehingga
membuat mata uang keduanya kembali terdepresiasi dan Rupiah pun secara
tidak langsung ikut terkena dampaknya," paparnya.
Reza
mengungkapkan, nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS diperkirakan akan
bergerak di kisaran Rp12.248-12.198 per USD menurut kurs tengah Bank
Indonesia (BI). "Laju Rupiah kembali di bawah support Rp12.179 per USD,"
tuturnya.
(Okc/KNIA)