Matatelinga - Rio de Janero, Setelah eksekutor handal macam David Beckham dan
Roberto Carlos tutup karier, kini giliran Juninho Pernambucano yang ikut
gantung sepatu. Pemain dengan keahlian expert
dalam hal bola-bola mati dengan tembakan khas, sepertinya mulai langka
di dunia sepakbola.
Jenderal lapangan veteran berusia 39 tahun yang
terakhir berseragam Vasco da Gama itu akhirnya tutup buku kariernya di
klub yang juga turut melahirkan namanya ke dunia profesional itu.
Juninho dinyatakan pensiun setelah tak kunjung pulih dari cedera adductor yang menderanya sejak akhir musim lalu.
“Saya
ingin mengumumkan keputusan resmi Juninho Pernambucano. Kami sudah
bicara sepanjang pekan ini dan dia sudah memutuskan untuk mengakhiri
karier. Pada Senin mendatang, Juninho akan menggelar perpisahan kepada
Vasco. Dia akan memberikan keterangan pers dan Anda bisa bertanya apapun
yang Anda inginkan,” beber Presiden Vasco, Roberto Dinamite.
Pemain
yang punya nama lahir Antônio Augusto Ribeiro Reis Júnior itu, memulai
kariernya di akademi muda Sport Club do Recife sebelum namanya menjulang
bersama Vasco di awal 90an. Bakatnya pun terendus klub-klub Eropa dan
Olympique Lyonnais, jadi klub pertamanya di luar Brasil, dengan torehan
delapan gelar bersama Sport dan Vasco
Bersama Les Gones
inilah Juninho mulai menancapkan reputasinya sebagai playmaker handal
dengan tendangan bebasnya yang khas. Dari 248 laga, Juninho punya
koleksi 75 gol – tergolong subur untuk seorang gelandang serang.
Tercatat
sembilan tahun Juninho berkarier di Lyon dengan turut mengantarkan
tujuh gelar Ligue 1, sebiji gelar Coupe de France dan enam titel Trophée
Des Champions. 2009 jadi tahun terakhir Juninho yang kemudian berkarier
di Timur Tengah bersama klub Qatar, Al Gharafa.
Bersama
Al-Gharafa pun, Juninho juga turut menyumbangkan peran dalam torehan
empat gelar sebelum akhirnya pulang ke Vasco pada 2011 walau merantau
lagi ke Amerika Serikat bersama New York Red Bulls meski hanya bertahan
enam bulan.
Vasco kembali jadi opsi kepulangan Juninho ke Brasil
sampai akhirnya menuntaskan karier. Adapun catatannya bersama tim
nasional senior Brasil, mulai digoreskannya pada 1999 lalu sampai 2006
dengan memenangi satu gelar Piala Konfederasi (2005).
“Sungguh
sebuah keistimewaan bisa bekerja sama dengan Juninho, walau hanya dalam
waktu singkat. Kami tahu betapa sulitnya masa-masa senjanya. Tapi sudah
jadi kehormata buat saya menghabiskan waktu yang pendek ini. Juninho
punya sejarah indah dengan Vasco dan di sini, dia takkan pernah
dilupakan,” tutur treinador (pelatih) Vasco, Adilson Batista.
(Okz/Adm)