Pembayaran ekstasi dan H5 itu dilakukan terdakwa Hilda melalui transfer bank ke rekening istri Hendrik yakni terdakwa Debby Kent (berkas terpisah) dan kemudian disusul dengan pengiriman barang melalui jasa travel PT Pelita Paradep oleh terdakwa Arpen Tua Purba (berkas terpisah) yang bertugas untuk mengambil paket tersebut.
Pada tanggal 11 Juni 2024, saat Hendrik Kosumo hendak mengantarkan paket, polisi berhasil menggagalkan pengiriman tersebut dan menangkap Hendrik serta Debby di Medan. Dari penggerebekan ini, ditemukan barang bukti narkotika yang dipesan Hilda, berupa 100 butir ekstasi dan 50 butir pil erimin.
Pada tanggal 12 Juni 2024, saat barang bukti tiba di loket travel di Pematangsiantar, polisi menangkap terdakwa Arpen Tua Purba yang ditugaskan untuk mengambil paket tersebut.
Dalam pemeriksaan lebih lanjut, terdakwa Arpen mengakui bahwa dirinya diutus oleh Rizki Ramadan untuk mengambil barang yang dipesan terdakwa Hilda.
Kemudian polisi melakukan pengembangan, dan menangkap terdakwa Hilda ditangkap di Koin Bar, Pematangsiantar sekitar pukul 03.00 WIB.
Kepada polisi, terdakwa Hilda mengakui bahwa dirinya terlibat dalam pemesanan narkotika tersebut.
Barang bukti yang disita meliputi 100 butir ekstasi, 50 butir Erimin H5, serta beberapa jenis pil lainnya yang tercatat sebagai narkotika dan psikotropika.
Diketahui kelima terdakwa masing-masing berkas terpisah akan menjalani sidang pembacaan tuntutan dari JPU Kejari Medan pada Rabu (5/2/2025) mendatang di Pengadilan Negeri (PN) Medan.
Kelima terdakwa yakni Hendrik Kosumo (41), pemilik pabrik ekstasi rumahan di Jalan Kapten Jumhana, Kecamatan Medan Area, Kota Medan, dan Debby Kent (36), merupakan istri terdakwa Hendrik Kosumo.
Kemudian terdakwa Hilda Dame Ulina Panggabean (36) selaku Supervisor Koin Bar, terdakwa Mhd. Syahrul Savawi alias Dodi (43), dan terdakwa Arpen Tua Purba (29) selaku pegawai loket Paradep. (Reza)