"Nah yang kita sayangkan disini adalah sikap dan keterlibatan beberapa oknum Pengurus HMI Cabang Madina terhadap aksi-aksi yang ditujukan ke PLT Kaban Inspektorat, belum tentu kawan-kawan Pengurus Cabang HMI Madina sudah membaca dan memahami dialog WhatsApp antara PLT Kaban Inpsektorat dengan Wartawan, belum ada kajian matang, tapi kawan-kawan sudah menyimpulkan langsung bahwa dialog PLT Kaban Inspektorat dengan Wartawan tersebut adalah tindakan arogan. HMI sebagai organisasi yang ber- Azaz kan islam harus mengedepankan cara-cara yang damai dan sejuk. Kan bisa juga dengan cara tabayyun. Banyak caralah” ucap Imam.
Imam juga menjelaskan bahwa HMI merupakan organisasi independen baik secara organisatoris dan secara etis. Sehingga gerak perjuangan HMI adalah gerak perjuangan yang memihak kepada nilai-nilai kebaikan dan kebenaran. Oleh karenanya kata Imam gerak perjuangan yang dilakukan HMI harus dilandasi kajian yang matang.
" Karena contohnya saja untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah membutuhkan kajian, tapi kalau misalnya teman-teman Pengurs HMI Cabang tanpa kajian matang kemudian langsung bersikap reaksioner dan bahkan terlibat dalam aksi-aksi maka ya hampir dapat dipastikan bahwa itu aksi politis, ini kan mencoreng independensi HMI, makanya kita himbau supaya HMI Cabang Madina tidak terperangkap dalam pusaran politik tertentu” pungkas Imam.
Untuk diketahui senin 5 Juni kemarin sekelompok massa yang mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa dan Aliansi Pers Mandailing Natal melakukan aksi unjuk rasa di gedung DPRD Mandalaing Natal dengan tuntutan meminta agar PLT Kaban Inspektorat Rahmad Daulay dicopot dari jabatannya karena dinilai arogan terhadap pers dan mahasiswa. Disebut-sebut yang menjadi pimpinan dalam aksi itu adalah Ketua Cabang HMI Madina.